BAB I
SEIARAH PENCAK SILAT
A. Pengertian Beladiri
Pada dasarnya semua makluk hidup di bumi menginginkan hidup, mereka
mempertahankan diri sesuai dengan alam dan budaya setempat. Kebutuhan utama untuk makan,minum, tempat tinggal, dan rasa aman mendorong mereka untuk terampil secara terus menerus menyempurnakan cara-cara membeladiri sehingga dapat mengatasi dari serangan lawan maupun binatang.
Ciri dan corak beladiri dari masing-masing Negara sesuai dengan adat istiadat masyarakat setempat' Namun pada prinsipnya ilmu beladiri mempunyai kesamaan yaitu membeladiri bukan untuk menyerang terlebih dulu. Senjata, alat dan perlengkapan, serta asesoris disesuaikan dengan kebudayaan setempat' Teknik dan taktik yang membedakan beladiri adalah pada peraturan pertandingan, sehingga teknik-teknik yang digunakan disesuaikan dengan peraturan.
Sejak jaman manusia purba, Tuhan telah menganugerahkan manusia dan seluruh makhluk hidup di bumi untuk membela diri mempertahankan hidup dari serangan lawan atau ganasnya alam' Naluri membela diri tumbuh karena manusia terpaksa demi mempertahankan
kelangsungan hidupnya. Cara mempertahankan diri manusia dari yang sederhana sesuai dengan perkembangan adat dan budaya sampai ke perkembangan dunia modern.
Pada jaman prasejarah beladiri dilakukan dengan amat sederhana yaitu dengan tangan kosong, batu, kayu, dan tulang untuk melawan binatang buas. Gerakan yang dilakukan juga masih sederhana sesuai dengan keadaan alam, dengan meniru gerakan binatang sebagai
inspirasinya. Naluri untuk membeladiri selain manusia, binatangpun dalam melangsungkan
hidup tidak luput dari serangan baik alam maupun lawan. Sebagai contoh binatang yang
melakukan beladiri adalah: (1) Trenggiling dengan menggulungkan badan , (2) Landak dengan menegangkan durinya, (3) Cumi-Cumi dengan mengeluarkan tintanya, (4) Tikus dengan mengeluarkan bau busuknya, serta pada tumbuhan Putri Malu membeladiri dengan melayukan dirinya sehingga keluar duri-durinya.
Setelah manusia bertempat tinggal tetap,kebutuhan naluri untuk menjamin
maka sebagai makluk hidup bermasyarakat mempunyai keamanan dan kesejahteraan diri. Sesuai dengan perkembangan budaya manusia maka mereka berfikir mengembangkan keterampilan untuk membeladiri dari serangan lawan atau binatang.
Keterampilan manusia untuk mempertahankan diri terus menerus dikembangkan dan
disempurnakan sehingga menjadi ilmu beladiri yang berasal dari budaya setempat. Ilmu beladiri ada bermacam-macam yang berasal dari beberapa negara sesuai dengan perkembangan budaya setempat. Beberapa contoh beladiri dan asal negaranya adalah sebagai berikut:
l. Pencak silat dari negara Indonesia (rumpun Melayu)
2. Jiujitsu, Karate, Sumo, dan Judo dari negara Jepang
3. Tae Kwon Do dari negara Korea
4. Kung Fu dari negara Cina dan lain-lain.
B. Pencak Silat
Pencak silat merupakan warisan asli budaya bangsa Indonesia, yang terdiri dari berbagai
perguruan/ aliran pencak silat. Sejarah lahirnya pencak silat tidak diketahui secara pasti, namun beladiri pencak silat berada di tanah air sejak peradaban manusia di Indonesia.
Sejarah pencak silat di bagi menjadi dua jaman,yangterdiri dari:
Jaman Pra Sejarah :
Jaman Sejarah, di bagi menjadi lima yaitu:
a. Jaman Kerajaan-Kerajaan
b. Jaman Kerajaan Islam
c. Jaman Penjajahan Belanda
d. Jaman Penjajahan Jepang
e. Jaman Kemerdekaan
Jaman Pra Sejarah
Pada jaman pra sejarah di Indonesia, telah diciptakan cara membela diri sesuai dengan
situasi dan kondisi alam sekitarnya. Namun demikian istilah pencak silat secara pasti belum
dapat di ketahui. Pada saat itu orang yang hidup di dekat hutan mempunyai cara bela diri yang khas untuk menghadapi binatang buas dalam mempertahankan hidupnya. Mereka menciptakan bela diri fiurus-jurus) dengan meniru gerakan binatang yang berada di lingkungan alam sekitarnya.
Gerakan-gerakan yang diciptakan juga disesuaikan dengan alam sekitarnya yang
berbukit-bukit, dan berbatuan. Misalnya jurus yang diciptakan meniru gerakan harimau, kera,
ular, dan burung. Oleh karena kondisi lingkungan yang berbukit dan berbatuan, maka
gerakannya banyak lompatan/ loncatan. Orang-orang yang hidup di pegunungan biasa berdiri,
bergerak, berjalan dengan langkah kedudukan kaki yang kuat untuk menjaga agar tidak mudah jatuh selama bergerak di tanah yang tidak rata. Biasanya menciptakan beladiri yang mempunyai ciri khas kuda-kuda yang kokoh tidak banyak bergerak. Sedangkan gerakan tangan lebih lincah, banyak ragamnya dan ampuh daya gunanya.
Penduduk yang hidup di daerah berawa, tanah datar, padang rumput biasa berjalan
bergegas, lari, sehingga gerakan kakinya menjadi lincah. Mereka menciptakan beladiri yang
lebih banyak memanfaatkan kaki sebagai alat beladiri. Akhirnya setiap daerah mempunyai
beladiri yang khas dan berbeda dengan daerah lainnya, sehingga timbulah aliran beladiri
beraneka ragam. Pertemuan antara penduduk daerah yang satu dengan daerah yang lain, menyebabkan terjadinya tukar menukar ilmu beladiri, sehingga dapat meningkatkan mutu beladiri di setiap daerah.
Jaman Sejarah
1. jaman Kerajaan-Kerajaan Hindu dan Budha
Pada jaman kerajaan beladiri sudah di kenal untuk keamanan serta untuk memperluas
wilayah kerajaan dalam melawan kerajaan yang lainnya. Pada jaman ini kerajaan yang
mempunyai prajurit kuat dan tangguh, maka mereka mempunyai wilayah jajahan yang luas.
Prajurit yang mempunyai ilmu beladiri tinggi maka ia akan mendapat jabatan yang tinggi
pula ( patih ).
Di Indonesia banyak sekali kerajaan-kerajaan yang berazaskan Hindu dan Budha
seperti kerajaan Kutai, Tarumanegara, Mataram, Kediri, dan Singasari dan yang cukup
terkenal adalah kerajaan Singosari dan Kerajaan Majapahit. Berkembangnya kedua kerajaan
tersebut karena didukung oleh pemerintah yang stabil dan mempunyai pasukan yang kuat
dengan armada laut yang tangguh untuk menjaga keamanan di dalam negeri maupun dari
serangan luar negeri. Bahkan dua Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit keduanya
mempunyai pasukan kuat beserta armada lautnya sehingga terkenal sampai keluar wilayah
nusantara. Bahkan pada tahun 671 I-Tsing seorang penulis dari Cina menyebutkan bahwa
Kerajaan Sriwijaya (Palembang) mengembangkan wilayahnya sampai ke Melayu. Berarti
antara tahun 671-691 ditaklukannya Malayu oleh Sriwijaya ini dihubungkan dengan
ekspedisi militer dari Sriwijaya sebanyak 20.000 orang yang dinyatakan dalam prasasti
Kedukan Bukit tahun 683.
Kejayaan kerajaan Sriwijaya dibuktikan dengan tinggalnya I-Tsing bersama empat
orang Cina sejak tahun 685-695 untuk menterjemahkan naskah ajaran Budha dari bahasa
Sansekerta, selain itu tujuh guru agama Budha terkenal diantaranya Syakyakirti tinggal di
Sriwijaya. Ini membuktikan tingginya kebudayaan Indonesia terutama dibidang sastra dan
rohaniah serta adanya interaksi kebudayaan antara bangsa-bangsa, dan bukan mustahil
mereka belajar ilmu silatnya untuk di bawa ke Tiongkok.
Dapat disimpulkan bahwa semua jenis beladiri di Asia itu bersumber di daratan Asia
Selatan terutama di pusat-pusat agama Hindu dan Budha karena Silut berazaskan agama
sedangkan Pencaknya atas gerak dasarnya banyak mengambil cara beladiri dari binatang.
Benarkah pencak silat berasal dari Tiongkok? Jawabnya pencak silat adalah asli dari
budaya bangsa Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut:
a..Di dalam sejarah Indonesia belum pernah disebutkan bahwa kerajaan-kerajaan besar di
nusantara itu takluk atau mengirim upeti kepada Kaisar Tiongkok.
b. Kerajaan-kerajaan lainnya semua di bawah kekuasaan kaisan Mongol dari Tiongkok
bernama Jenghis Khan dan Kubhilai Khan.
c. Tahun 1293 Kubhilai Khan mengirim laskarnya ke Tuban untuk menghukum raja
Kartanegara yang telah memotong telinga utusannya bernama Mong-Ki. Namun dengan
bantuan Raden Wijaya laskar Tartar lari tunggang langgang ke kapal menuju sungai
Brantas.kembali ke Tiongkok.
d. Dengan hanya menggunakan peralatan sederhana (senjata tajam, dan panah) belum ada
senjata api, maka teknik beladiri tangan kosong diantara pencak/silat yang digunakan
untuk mengusir lawan. Dan sejak itu Tiongkok tidak pernah lagi menaklukkan Indonesia.
Di bawah ini kita coba membuktikan ditinjau secara lahiriah:
Adapun nama-nama aliran pencak silat bermacam-macam disesuaikan menurut:
a. Nama daerah asal seperti : Pencak Aceh, Minangkabau, Palembang,
Banten, Betawi, Jawa, Madura, Bugis,
Malayu, Banjar, Cimande, dll.
b. Nama Binatang : Cimacan, Harimau, Cimonyet, Cikalong,
Bangkui, dll.
c. Tujuan dan Lambang: Setia Hati, Tapak Suci, Perisai Diri,
Nusantara, Perisai Putih, Nusantara, Perisai
Putih, Phasadja, Pamur, Setia Hati Teratai,
Putra Betawi, Bangau Putih, Merpati Putih,
Persatuan Hati, dll.
Apabila ditinjau dari segi teknik permainannya, maka setiap aliran itu berpegang pada
prinsip-prinsip dasar tertentu yaitu:
a.Cimande, dan kebanyakan aliran Jawa Barat
Pantang atau tidak suka mengangkat kaki, kuda-kuda lebar, selalu
tidak suka langkah surut, banyak lipatan-lipatan (tangkapan),
berirama.
b. Pencak Jawa (Solo) menghadapi pencaknya lawan,mantap Banyak permainan bawah, tenang mengikuti dan meneruskan gerakan lawan, gerakan
pencak seperti menari.
c. Daerah Jawa Timur
Pencaknya sigap, tegas, sedikit keras, dan beberapa kurang berirama
d. Pencak Minangkabau dan Sumatera
Banyak menggunakan kaki, tangan membuka lebar, gerakan lentuk dan indah.
2. Jaman Kerajaan Islam
Pada jaman kerajaan islam perdagangan dan pelayaran internasional sudah berlangsung
sehingga para pedagang dan saudagar dari negara-negara Arab, Cina, serta Asia Timur
banyak berdatangan di Indonesia. Pada abad ke-7 islam telah masuk ke Cina dengan lintas
laut Arab ,Cina dan Indonesia, pedagang Mekah sebelum ke Cina singgah dulu di Sumatera
sambil berdagang dan menyebarkan agama islam. Mereka selain berdagang juga pertukaran
kebudayaan sehingga memungkinkan pencak silat sebagai budaya bangsa kita dibawa ke luar
negeri.
Perkembangan perdagangan dan pelayaran internasional ini sudah dilakukan sejak
kerajaan islam yang dipimpin oleh Banu Umayah, dengan Asia Timur pada Dinasti Tang dari Cina. Bahkan pada jaman kerajaan Sriwijaya wilayah perdagangannya selain di negara-negara Asia Tenggara sampai ke Asia Timur.
Setelah menurunnya kekuasaan kerajaan Sriwijaya pada abad 7-12, maka mulai abad
l3 munculah kerajaan islam Samudra Pasai. Samudra Pasai mencapai puncaknya sampai ke
Malaka (abad 16), setelah runtuhnya Majapahit akibat perebutan kekuasaan.
Pada jaman kerajaan Kahuripan yang dipimpin oleh Prabu Erlangga dari Sidoarjo
(tahun 1019-1041), sudah mengenal ilmu beladiri pencak silat dengan nama 6(Eh Hok Hik',
yang artinya "Maju Selangkah Memukul". Prabu Erlangga ini merupakan pendekar ulung
yang mempunyai ilmu beladiri pencak silat yang tinggi. Sehingga raja, bangsawan, kesatria,
prajurit pada waktu itu wajib belajar beladiri. Oleh karena itu semakin tinggi ilmu beladiri
yang dimiliki seseorang, maka semakin tinggi pula kedudukannya.
Beberapa deretan pendekar dan pahlawan yang mahir pencak silat adalah; Patih Gajah
Mada, Para Wali Songo (Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ngampel, Sunan Bonang, Sunan
Drajad, Sunan Giri, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Sunan Gunung Jati).
Adapun para raja yang tangguh antara lain ; Panembahan Senopati, Sultan Agung, Pangeran
Diponegoro, Cik Ditiro, Teuku Umar, dan Imam Bonjol. Sedang pendekar wanitanya adalah
; Sabai Nan Putih, dan Cut Nyak Din.
3. Jaman Penjajahan
Pada jaman penjajahan pencak silat dipelajari oleh punggawa kerajaan, kesultanan, dan para pejuang untuk menghadapi penjajah. Jaman penjajahan di bagi menjadi dua yaitu: jaman penjajahan Belanda, dan jaman penjajahan Jepang
a. Pada jaman penjajahan Belanda pencak silat diajarkan secara rahasia dan
sembunyi-sembunyi, karena takut diketahui oleh penjajah. Pendidikan pencak silat hanya
boleh diberikan kepada kalangan tertentu yaitu: Sekolah Pendidikan Pegawai Pemerintah,
Sekolah Polisi, dan Pegawai Sipil tertentu. Kaum penjajah khawatir bila kemahiran
pencak silat tersebut akhimya digunakan untuk melawan mereka. Kekhawatiran itu
memang beralasan, karena hampir semua pahlawan bangsa seperti: Cik Ditiro, Imam
Bonjol, Fatahillah, Pangeran Diponegoro, dan lain-lain adalah Pendekar Silat. Para
pendekar biasanya mengajar 2-3 orang murid selama 3-6 tahun dengan usia rata-rata di
atas 60 tahun. Oleh karena itu banyak perguruan-perguruan pencak silat yang tumbuh
tanpa diketahui oleh penjajah, bahkan sebagian menjadi perkumpulan rahasia.
Pencak silat juga dipelajari oleh banyak kaum pergerakan politik termasuk
beberapa organisasi kepanduan nasional.
Dengan diam-diam perguruan pencak silat berhasil memupuk kekuatan yang siap untuk melawan penjajah sewaktu-waktu. Bagi kaum pergerakan yang ditangkap oleh penjajah dan di buang secara diam-diam, meteka menyebarkan beladiri pencak silat di tempat pembuangan. Namun penjajah Belanda mempunyai politik yang ampuh dalam memecah belah antar suku bangsa atau aliran pencak silat(devide et impera).
b. Jaman Penjajahan Jepang
Pada penjajahan Jepang pencak silat dibebaskan untuk berkembang, namun di
balik itu dimanfaatkan demi kepentingan Jepang untuk menghadapi sekutu. Bahkan
anjuran Shimitzu diadakan pemusatan tenaga aliran pencak silat di seluruh Jawa secara
serentak yang diatur oleh pemerintah di Jakarta. Namun pada waktu itu tidak disetujui
diciptakannya pencak silat olahraga yang diusulkan oleh para pembina pencak silat untuk
senam pagi di sekolah-sekolah. Hal ini di sebabkan akan menyaingi senam Taysho
Jepang yang dipakai senam setiap pagi hari.
4. ]aman Kemerdekaan
Sebelum Indonesia merdeka pencak silat ikut andil dalam perjuangan bangsa dalam melawan penjajah baik Belanda maupun penjajah Jepang. Hal ini dibuktikan pada masa penjajahan sudah banyak bermunculan nama-nama perguruan aliran pencak silat yang bertujuan untuk membekali pejuang dalam melawan penjajah.
Kemahiran ilmu beladiri pencak silat ini terus dipupuk guna melawan penjajah secara gerilya pada jaman kemerdekaan. Perguruan-perguruan pencak silat pada waktu itu sibuk untuk menggembleng tentara dan rakyat, disamping itu pesantren-pesantren, gereja-gereja, dan tempat-tempat ibadah selain untuk beribadah juga digunakan untuk latihan beladiri pencak silat. Sebagai contoh perang fisik bulan Nopember tahun 1945 di Surabaya dalam melawan sekutu, banyak menampilkan pejuang yang gagah perwira dari Pondok Pesantren Tebu Ireng, Gontor, dan Jamsaren.
Dari hasil yang diperoleh para pemimpin bangsa dan para pendekar pada waktu itu
menyadari bahwa pelajaran pencak silat berhasil memupuk semangat juang dan menggalang persaudaraan yang erat. Oleh karena itu setelah proklamasi kemerdekaan tahun 1945 dimana Belanda melancarkan lagi agresinya dua kali, maka pencak silat dimanfaatkan lagi secara maksimal guna menghadapi serangan Belanda.
Pada masa pemberontakan politik PKI Madiun, dan Darul Islam atau DI/ TII,
kemahiran beladiri pencak silat digunakan lagi dengan strstegi Pagar Betis, yaitu
pengepungan pemberontak oleh para tentara bersama rakyat yang telah dibekali ilmu
beladiri
.
Pada jaman kemerdekaan ini perkembangan pencak silat dibagi menjadi lima periode yang meliputi :
a. Periode Perintisan (tahun L948-1955)
Pada periode ini adalah perintisan berdirinya organisasi pencak silat yang
bertujuan untuk menampung perguruan-perguruan pencak silat. Pada tanggal 18 Mei
tahun 1948 di Solo (menjelang PON I), para pendekar berkumpul dan membentuk
Organisasi Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (IPSSD. Ketua umum pertama IPSSI
adalah Mr. Wongsonegoro. Kemudian diubah namanya menjadi Ikatan Pencak Silat
Indonesia (IPSD, yang dimaksud untuk menggalang kembali semangat juang bangsa
Indonesia dalam pembangunan. Selain itu IPSI mempunyai tujuan persaudaraan yang
dapat memupuk persaudaraan dan kesatuan bangsa Indonesia sehingga tidak mudah
dipecah belah.
Tahun 1948 sejak berdirinya PORI yaitu wadah induk-induk organisasi olahraga,
IPSI sudah menjadi anggota. IPSI juga ikut aktif mendirikan KONI (Komite Olahraga
Nasional Indonesia).
b. Periode Konsolidasi dan Pemantapan (tahun 1955-1973)
Setelah terbentuknya organisasi pencak silat, maka IPSI mengkonsolidasikan
kepada anggota-anggota perguruan pencak silat di seluruh Indonesia. Untuk pemantapan
program sehingga pencak silat selain sebagai beladiri juga dapat dipakai olahraga, maka
dibuatlah peraturan pertandingan pencak silat. Dengan terbentuknya peraturan tersebut
maka pada PON VIII pencak silat untuk pertama kali dipertandingkan dan telah diikuti
15 daerah.
c. Periode Pengembangan (tahun 1973-1980)
Setelah Mr. Wongsonegoro ketua IPSI tahun lg73-1g77 dipimpin oleh
liokropranolo (wakil gubernur DKI Jaya). Pada periode ini pencak silat dikembangkan
dengan mengadakan seminar pencak silat yang pertama di Tugu Bogor (tahun 1973).
Pengembangan pencak silat pada periode ini tidak hanya di dalam negeri saja,
tetapi ke luar negeri (Belanda, Jerman, Australia, dan Amerika). Pada tanggal 22-23
September tahun 1979 bedangsung Konverensi Federasi Pencak Silat Intemasional yang
dihadiri oleh negara Singapura, Malaysia, Brunai Darussalam, dan Indonesia sebagai tuan
rumah.
Pada tahun 1980 ketua IPSI dipimpin oleh H. Eddy Marzuki Nalapraya, yang
selanjutnya membentuk Federasi Internasional Pencak Silat yang dinamakan Persilat
(Persekutuan Pencak Silat Antara Bangsa), tepatnya tanggal 7-11 Maret 1980 di Jakarta.
d. Periode Pembinaan (tahun 1980 sampai sekarang)
Pencak silat yang sudah berkembang di negara-negara Asia, Eropa, Autralia, dan
Amerika, oleh karena itu PB IPSI secara terus menerus melakukan pembinaan. Untuk
melangsungkan pembinaan tersebut, maka PB IPSI mengawali pembinaan dengan pesta
pencak silat tiga negara tanggal 25-26 April 1980, yang diikuti oleh negara; Indonesia,
Malaysia, dan Singapura sebagai tuan rumah.
Pada tanggal 6-8 Aguastus 1982 di Jakarta diadakan Invitasi pertama pencak silat,
diikuti oleh negara ; Belanda, Singapura, Malaysia, Jerman Barat, Amerika, Australia, dan
Indonesia.
Sidang umum I Persilat tanggal 6-10 Juli 1985 di Indonesia, terpilih sebagai presiden
Persilat adalah bapak Eddy M. Nalapraya dari Indonesia. Dua tahun kemudian Sea Games
XIV 1987 di Jakarta pencak silat masuk pertama kali dalam pekan olahraga Asia Tenggara
yang diikuti oleh lima negara yaitu; Malaysia, Singapura, Brunai Darussalam, Thailand,
dan tuan rumah Indonesia. Hingga kini pencak silat telah dipertandingkan di event Sea
Games sebanyak 11 (sebelas kali).
Perkembangan pencak silat di tingkat Internasional pertama kali tahun 1982 dengan
diadakannya Invitasi Pencak Silat Internasional I yang berlangsung di Jakarta.
Perkembangan berikutnya hingga saat ini telah dilaksanakan kejuaraan dunia sebanyak l3
(tiga belas kali).
perkembangan pencak silat di tingkat Nasional sudah masuk secara resmi cabang
olal'aga yang dipertandingkan pada kegiatan Pekan Olahraga Pelajar Nasional (POPNAS) dan pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (POMNAS). Pada tahun 2004 di tingkat ASEAN pencak silat bahkan mulai masuk secara resmi dipertandingkan di Pekan Olahraga Mahasiswa ASEAN (ASEAN University Games).
Tabel 4. Daftar Pekan Olahraga ASEAN Pencak Silat
No | Kejuaraan | Tahun | Tempat |
1 | ASEAN University Games XII | 2004 | Bali (Indonesia) |
2 | ASEAN University Games XIII | 2006 | Ho Chi Minh (Vietnam) |
3 | ASEAN University Games XIV | 2008 | Kuala Lumpur (Malaysia) |
Pada tahun 1986 Invitasi Pencak Silat ditingkatkan menjadi Kejuaraan Dunia Pencak
Silat, dan pada Kejuaraan Dunia Pencak Silat ke-X tahun 2000 di Jakarta sudah diikuti
oleh 20 negara peserta. Perkembangan anggota PERSILAT sekarang sudah mencapai 34
negara dengan nama-nama negara dan Federasi Pencak Silat sebagai berikut:
BAB II
SEJARAH PERKEMBANGAN PENCAK SILAT
A. Sejarah pencak Silat Di Indonesia
Pencak Silat sebagai bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia berkembang sejalan dengan sejarah masyarakat Indonesia. Dengan aneka ragam situasi geografis dan etnologis serta perkembangan zaman yang dialami oleh bangsa Indonesia, Pencak Silat dibentuk oleh situasi dan kondisinya.
Kini Pencak Silat kita kenal dengan wujud dan corak yang beraneka ragam, namun mempunyai aspek-aspek yang sama. Pencak Silat merupakan unsur-unsur kepribadian bangsa Indonesia yang dimiliki dari hasil budi daya yang turun temurun. Sampai saat ini belum ada naskah atau himmpunan mengenai sejarah pembelaan diri bangsa Indonesia yang disusun secara alamiah dan dapat dipertanggung jawabkan serta menjadi sumber bagi pengembangan yang lebih teratur.
Hanya secara turun temurun dan bersifat pribadi atau kelompok latar belakang dan sejarah pembelaan diri inti dituturkan. Sifat-sifat ketertutupan karena dibentuk oleh zaman penjajahan di masa lalu merupakan hambatan pengembangan di mana kini kita yang menuntut keterbukaan dan pemassalan yang lebih luas. Sejarah perkembangan Pencak Silat secara selintas dapat dibagi dalam kurun waktu :
a. Perkembangan pada zaman sebelum penjajahan Belanda
Nenek moyang kita telah mempunyai peradaban yang tinggi, sehingga dapat berkembang menjadi rumpun bangsa yang maju. Daerah-daerah dan pulau-pulau yang dihuni berkembang menjadi masyarakat dengan tata pemerintahan dan kehidupan yang teratur. Tata pembelaan diri di zaman tersebut yang terutama didasarkan kepada kemampuan pribadi yang tinggi, merupakan dasar dari sistem pembelaan diri, baik dalam menghadapi perjuangan hidup maupun dalam pembelaan berkelompok.
Para ahli pembelaan diri dan pendekar mendapat tempat yang tinggi di masyarakat. Begitu pula para empu yang membuat senjata pribadi yang ampuh seperti keris, tombak dan senjata khusus. Pasukan yang kuat di zaman Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit serta kerajaan lainnya di masa itu terdiri dari prajurit-prajurit yang mempunyai keterampilan pembelaan diri individual yang tinggi. Pemukupan jiwa keprajuritan dan kesatriaan selalu diberikan untuk mencapai keunggulan dalam ilmu pembelaan diri. Untuk menjadi prajurit atau pendekar diperulan syarat-syarat dan latihan yang mendalam di bawah bimbingan seorang guru. Pada masa perkembangan agama Islam ilmu pembelaan diri dipupuk bersama ajaran kerohanian. Sehingga basis-basis agama Islam terkenal dengan ketinggian ilmu bela dirinya. Jelaslah, bahwa sejak zaman sebelum penjajahan Belanda kita telah mempunyai sistem pembelaan diri yang sesuai dengan sifat dan pembawaan bangsa Indonesia.
b. Perkembangan Pencak Silat pada zaman penjajahan Belanda
Suatu pemerintahan asing yang berkuasa di suatu negeri jarang sekali memberi perhatian kepada pandangan hidup bangsa yang diperintah. Pemerintah Belandan tidak memberi kesempatan perkembangan Pencak Silat atau pembelaan diri Nasional, karena dipandang berbahaya terhadap kelangsungan penjajahannya. Larangan berlatih bela diri diadakan bahkan larangan untuk berkumpul dan berkelompok. Sehingga perkembangan kehidupan Pencak Silat atau pembelaan diri bangsa Indonesia yang dulu berakar kuat menjadi kehilangan pijakan kehidupannya. Hanya dengan sembunyi-sembunyi dan oleh kelompok-kelompok kecil Pencak Silat dipertahankan. Kesempatan-kesempatan yang dijinkan hanyalah berupa pengembangan seni atau kesenian semata-mata masih digunakan di beberapa daerah, yang menjurus pada suatu pertunjukan atau upacara saja. Hakekat jiwa dan semangat pembelaan diri tidak sepenuhnya dapat berkembang. Pengaruh dari penekanan di zaman penjajahan Belanda ini banyak mewarnai perkembangan Pencak Silat untuk masa sesudahnya.
c. Perkembangan Pencak Silat pada pendudukan Jepang
Politik Jepang terhadap bangsa yang diduduki berlainan dengan politik Belanda. Terhadap Pencak Silat sebagai ilmu Nasional didorong dan dikembangkan untuk kepentingan Jepang sendiri, dengan mengobarkan semangat pertahanan menghadapi sekutu. Di mana-mana atas anjuran Shimitsu diadakan pemusatan tenaga aliran Pencak Silat. Di seluruh Jawa serentak didirkan gerakan Pencak Silat yang diatur oleh Pemerintah. Di Jakarta pada waktu itu telah diciptakan oleh para pembina Pencak Silat suatu olarhaga berdasarkan Pencak Silat, yang diusulkan untuk dipakai sebagai gerakan olahraga pada tiap-tiap pagi di sekolah-sekolah. Usul itu ditolak oleh Shimitsu karena khawatir akan mendesak Taysho, Jepang. Sekalipun Jepang memberikan kesempatan kepada kita untuk menghidupkan unsur-unsur warisan kebesaran bangsa kita, tujuannya adalah untuk mempergunakan semangat yang diduga akan berkobar lagi demi kepentingan Jepang sendiri bukan untuk kepentingan Nasional kita.
Namun kita akui, ada juga keuntungan yang kita peroleh dari zaman itu. Kita mulai insaf lagi akan keharusan mengembalikan ilmu Pencak Silat pada tempat yang semula didudukinya dalam masyarakat kita.
d. Perkembangan Pencak Silat pada Zaman Kemerdekaan
Walaupun di masa penjajahan Belanda Pencak Silat tidak diberikan tempat untuk berkembang, tetapi masih banyak para pemuda yang mempelajari dan mendalami melalui guru-guru Pencak Silat, atau secara turun-temurun di lingkungan keluarga. Jiwa dan semangat kebangkitan nasional semenjak Budi Utomo didirikan mencari unsur-unsur warisan budaya yang dapat dikembangkan sebagai identitas Nasional. Melalui Panitia Persiapan Persatuan Pencak Silat Indonesia maka pada tanggal 18 Mei 1948 di Surakarta terbentuklah IPSI yang diketuai oleh Mr. Wongsonegoro.
Program utama disamping mempersatukan aliran-aliran dan kalangan Pencak Silat di seluruh Indonesia, IPSI mengajukan program kepada Pemerintah untuk memasukan pelajaran Pencak Silat di sekolah-sekolah.
Usaha yang telah dirintis pada periode permulaan kepengurusan di tahun lima puluhan, yang kemudian kurang mendapat perhatian, mulai dirintis dengan diadakannya suatu Seminar Pencak Silat oleh Pemerintah pada tahun 1973 di Tugu, Bogor. Dalam Seminar ini pulalah dilakukan pengukuhan istilah bagi seni pembelaan diri bagnsa Indonesia dengan nama “Pencak Silat” yang merupakan kata majemuk. Di masa lalu tidak semua daerah di Indonesia menggunakan istilah Pencak Silat. Di beberapa daerah di jawa lazimnya digunakan nama Pencak sedangkan di Sumatera orang menyebut Silat. Sedang kata pencak sendiri dapat mempunyai arti khusus begitu juga dengan kata silat.
Pencak, dapat mempunyai pengertian gerak dasar bela diri, yang terikat pada peraturan dan digunakan dalam belajar, latihan dan pertunjukan.
Silat, mempunyai pengertian gerak bela diri yang sempurna, yang bersumber pada kerohanian yang suci murni, guna keselamatan diri atau kesejahteraan bersama, menghindarkan diri/ manusia dari bela diri atau bencana. Dewasa ini istilah pencak silat mengandung unsur-unsur olahraga, seni, bela diri dan kebatinan. Definisi pencak silat selengkapnya yang pernah dibuat PB. IPSI bersama BAKIN tahun 1975 adalah sebagai berikut :
“Pencak Silat adalah hasil budaya manusia Indonesia untuk membela/mempertahankan eksistensi (kemandirian) dan integritasnya (manunggalnya) terhadap lingkungan hidup/alam sekitarnya untuk mencapai keselarasan hidup guna meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
4 Aspek Bela Diri Pencak Silat :
1. Pencak Silat sebagai ajaran kerohanian
Umumnya Pencak Silat mengajarkan pengenalan diri pribadi sebagai insan atau mahluk hidup yang pecaya adanya kekuasaan yang lebih tinggi yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Biasanya, Pencak Silat sebagai ajaran kerohanian/kebatinan diberikan kepada siswa yang telah lanjut dalam menuntut ilmu Pencak Silatnya. Sasarannya adalah untuk meningkatkan budi pekerti atau keluhuran budi siswa. Sehingga pada akhirnya Pencak Silat mempunyai tujuan untuk mewujudkan keselarasan/ keseimbangan/keserasian/alam sekitar untuk meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, guna mengisi Pembangunan Nasional Indonesia dalam mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya yang Pancasilais.
2. Pencak Silat sebagai seni
Ciri khusus pada Pencak Silat adalah bagian kesenian yang di daerah-daerah tertentu terdapat tabuh iringan musik yang khas. Pada jalur kesenian ini terdapat kaidah-kaidah gerak dan irama yang merupakan suatu pendalaman khusus (skill). Pencak Silat sebagai seni harus menuruti ketentuan-ketentuan, keselarasan, keseimbangan, keserasian antara wirama, wirasa dan wiraga.
Di beberapa daerah di Indonesia Pencak Silat ditampilkan hampir semata-mata sebagai seni tari, yang sama sekali tidak mirip sebagai olahraga maupun bela diri. Misalnya tari serampang dua belas di Sumatera Utara, tari randai di Sumatera Barat dan tari Ketuk Tilu di Jawa Barat. Para penari tersebut dapat memperagakan tari itu sebagai gerak bela diri yang efektif dan efisien untuk menjamin keamanan pribadi.
3. Pencak Silat sebagai olahraga umum
Walaupun unsur-unsur serta aspek-aspeknya yang terdapat dalam Pencak Silat tidak dapat dipisah-pisahkan, tetapi pembinaan pada jalur-jalur masing-masing dapat dilakukan. Di tinjau dari segi olahraga kiranya Pencak Silat mempunyai unsur yang dalam batasan tertentu sesuai dengan tujuan gerak dan usaha dapat memenuhi fungsi jasmani dan rohani. Gerakan Pencak Silat dapat dilakukan oleh laki-laki atau wanita, anak-anak maupun orang tua/dewasa, secara perorangan/kelompok.
Usaha-usaha untuk mengembangkan unsur-unsur olahraga yang terdapat pada Pencak Silat sebagai olahraga umum dibagi dalam intensitasnya menjadi
a. Olahraga rekreasi
b. Olahraga prestasi
c. Olahraga massal
Pada seminar Pencak Silat di Tugu, Bogor tahun 1973, Pemerintah bersama para pembina olahraga dan Pencak Silat telah membahas dan menyimpulkan makalah-makalah :
1. Penetapan istilah yang dipergunakan untuk Pencak Silat
2. Pemasukan Pencak Silat sebagai kurikulum pada lembaga-lembaga pendidikan
3 Metode mengajar Pencak Silat di sekolah
4. Pengadaan tenaga pembina/guru Pencak Silat untuk sekolah-sekolah
5. Pembinaan organisasi guru-guru Pencak Silat dan kegiatan Pencak Silat di lingkungan
sekolah
6. Menanamkan dan menggalang kegemaran serta memassalkan Pencak Silat di kalangan
pelajar/mahasiswa.
Sebagai tindak lanjut dari pemikiran-pemikiran tersebut dan atas anjuran Presiden Soeharto, program olahraga massal yang bersifat penyegaran jasmani digarap terlebih dahulu, yang telah menghasilkan program Senam Pagi Indonesia (SPI).
4. Pencak Silat sebagai olahraga prestasi (olahraga pertandingan)
Pengembangan Pencak Silat sebagai olahraga & pertandingan (Championships) telah dirintis sejak tahun 1969, dengan melalui percobaan-percobaan pertandingan di daerah-daerah dan di tingkat pusat. Pada PON VIII tahun 1973 di Jakarta telah dipertandingkan untuk pertama kalinya yang sekaligus merupakan Kejuaraan tingkat Nasional yang pertama pula. Masalah yang harus dihadapi adalah banyaknya aliran serta adanya unsur-unsur yang bukan olahraga yang sudah begitu meresapnya di kalangan Pencak Silat. Dengan kesadaran para pendekar dan pembina Pencak Silat serta usaha yang terus menerus maka sekarang ini program pertandingan olahraga merupakan bagian yang penting dalam pembinaan Pencak Silat pada umumnya. Sementara ini Pencak Silat telah disebarluaskan di negara-negara Belanda, Belgia, Luxemburg, Perancis, Inggris, Denmark, Jerman Barat, Suriname, Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru.
B. Program pembinaan Pencak Silat
Pencak Silat sebagai budaya Nasional bangsa Indonesia mempunyai banyak ragam khas maisng-masing daerah, jumlah perguruan/aliran di segenap penjuru tanah air ini diperkirakan sebanyak 820 perguruan/aliran.
Oleh karena itu dirasakan perlu adanya pembinaan yang sistimatis untuk melestarikan warisan nenek moyang kita. Terlebih-lebih setelah Kungfu masuk IPSI, atas anjuran Pemerintah berdasarkan pertimbangan lebih baik Kungfu berada di dalam IPSI sehingga lebih mudah dalam mengadakan pengawasan dan pengendalian terhadapnya, sekaligus menasionalisasikan.
Standarisasi yang telah dirintis pembuatannya, hanyalah untuk jurus dasar bagi keperluan khusus olahraga dan bela diri. Sedangkan pengembangannya telah diserahkan kepad setiap perguruan yang ada. Sistem pembinaan yang dipakai oleh IPSI ialah setiap aspek yang ada dijadikan jalur pembinaan, sehingga jalur pembinaan Pencak Silat meliputi :
1. Jalur pembinaan seni
2. Jalur pembinaan olahraga
3. Jalur pembinaan bela diri
4. Jalur pembinaan kebatinan
Keempat jalur ini diolah, dengan saringan dan mesin sosial budaya, yaitu Pancasila.
Makna Lambang IPSI
Keterangan ;
1. Warna Dasar Putih : berarti suci dalam amal perbuatan
2. Warna Merah : berarti berani dalam kebenaran
3. Warna Hijau : berarti ketenangan dalam menghadapi segala sesuatu yang menuju
kemantapan jiwa, karena selalu beriman dan bertauhid keda Tuhan Yang Maha Esa secara
hikmat dan syahdu
4. Warna Kuning : berarti bahwa IPSI mengutamakan budi pekerti dan kesejahteraan lahir dan
batin dalam menuju kejayaan nusa dan bangsa
5. Bentuk Perisai Segi Lima : berarti bahwa IPSI berasaskan landasan idiil Pancasila, serta
bertujuan membentuk manusia Pancasila sejati
6. Sayap Garuda berwarna Kuning berototkan merah : berarti kekuatan bangsa Indonesia yang
bersendikan kemurnian, keluruhan dan dinamika, Sayap 18 lembar, bulu 5 lembar + 4 lembar
+ 8 lembar berarti tanggal berdirinya IPSI adalah 18 Mei 1948. Sayap 18 lembar, terdiri dari
17+1 berarti IPSI dengan semangat Proklamasi Kemerdekaan bersatu membangun negara
7. Untaian lima lingkaran : melambangkan bahwa IPSI melalui olahraga merupakan ikatan
perikemanusiaan antara perbagai aliran dengan memegang teguh asas kekeluargaan,
persaudaraan dan kegotong royongan
8. Ikatan pita berwarna merah Putih : bahwa IPSI merupakan suatu ikatan pemersatu dari
perbagai aliran Pencak Silat, yang menjadi hasil budaya yang kokoh karena dilandasi oleh
rasa berbangsa, berbahasa dan bertanah air Indonesia.
9. Gambar tangan putih di dalam Dasar hijau : menggambarkan bahwa IPSI membantu,
Negara dalam bidang ketahanan nasional melalui pembinaan mental/fisik agar kader-kader
IPSI berkepribadian nasional serta berbadan sehat, kuat dan tegap
BAB III
SELAYANG PANDANG
PERGURUAN PENCAK SILAT RAKSA BUDHI
A. Pengertian
Perguruan Pencak Silat Raksa Budhi, asal kata dari Raksa dan Budhi, Raksa menurut
Bahasa merasa (meraksa), sedangkan menurut istilah mengintropeksi ke dalam, jadi raksa merasakan terhadap diri sendiri dari penglihatan, perabaan, maupun penciuman.
Sedangkan Budhi secara etimologi Budhi, Budhi dalam bahasa sansekerta berarti kesadaran, budi, pengertian, pikiran dan kecerdasan. Kata pekerti berarti aktualisasi, penampilan, pelaksanaan atau perilaku. Dengan demikian budi pekerti berarti kesadaran yang ditampilkan oleh seseorang dalam berprilakuan, pelaksanaan atau perilaku. Dengan demikian budi pekerti berarti kesadaran yang ditampilkan oleh seseorang dalam berprilaku.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) istilah Budhi diartikan sebagai tingkah laku, perangai, akhlak dan watak. Budhi pekerti dalam bahasa Arab disebut dengan akhlak, dalam kosa kata latin dikenal dengan istilah etika dan dalam bahasa Inggris disebut ethics.
Senada dengan itu Balitbang Dikbud (1995) menjelaskan bahwa Budhi secara konsepsional adalah Budhi yang dipekertikan (dioperasionalkan, diaktualisasikan atau dilaksanakan) dalam kehidupan sehari-hari dalam kehidupan pribadi, sekolah, masyarakat, bangsa dan Negara, atau juga Budhi itu adalah dimensi kejiwaan dinamis manusia yang berunsur karsa, rasa dan cipta. Makna kata-kata itu adalah aktivitas kehendak, perasaan dan penalaran (willing, sensing and reasoning)
Senada dengan itu Balitbang Dikbud (1995) menjelaskan bahwa Budhi secara konsepsional adalah Budhi yang dipekertikan (dioperasionalkan, diaktualisasikan atau dilaksanakan) dalam kehidupan sehari-hari dalam kehidupan pribadi, sekolah, masyarakat, bangsa dan Negara, atau juga Budhi itu adalah dimensi kejiwaan dinamis manusia yang berunsur karsa, rasa dan cipta. Makna kata-kata itu adalah aktivitas kehendak, perasaan dan penalaran (willing, sensing and reasoning)
Budhi identik selalu berdampingan dengan kata pekerti secara operasional merupakan suatu prilaku positif yang dilakukan melalui kebiasaan. Artinya seseorang diajarkan sesuatu yang baik mulai dari masa kecil sampai dewasa melalui latihan-latihan, misalnya cara berpakaian, cara berbicara, cara menyapa dan menghormati orang lain, cara bersikap menghadapi tamu, cara makan dan minum, cara masuk dan keluar rumah dan sebagainya. Pendidikan Budhi pekerti sering juga diasosiasikan dengan tata krama yang berisikan kebiasaan sopan santun yang disepakati dalam lingkungan pergaulan antar manusia. Tata krama terdiri atas kata tata dan krama. Tata berarti adat, norma, aturan. Krama sopan santun, kelakukan, tindakan perbuatan. Dengan demikian tata krama berarti adat sopan santun menjadi bagian dari kehidupan manusia.
Jadi Raksa Budhi mengajarkan kepada anggotanya selalu bersikap baik dalam berpikir, ucapan, perilaku dan perbuatan dan merasakan apa orang lain rasakan sebelum bertindak apakah orang lain itu suka atau tidak atau sakit hati atau tidak, sehingga dalam bertindakpun sesuai dengan tatakrama atau pepakem orang sunda yang selalu handap ansor (rendah hati) tidak sombong dan selalu membantu dikala orang lain mengalami kesusahan.
B. Berdirinya Raksa Budhi
Pada tanggal 26 Januari 1975 di Kota Bandung Selatan letaknya di daerah kampung Babakan Ciparay Kopo. Ada suatu musyawarah bersama yang terdiri 6 (enam) orang pendekar, diantaranya ;
1. Bapak Ambar (Alm)
2. Bapak Solihin Suhendi
3. Bapak Atmaja
4. Bapak Diddi
5. Bapak Djuju, SH
6. Bapak Dede Tisna H
Ke-6 sesepuh persilatan ciparay atau pendekar pada hari itu telah berhasil mencantumkan nama
Perguruan Pencak Silat RAKSA BUDHI yang tergabung pada PPSI (Persatuan Pencak Silat Indonesia) salah satu pelopor atau History IPSI. Perguruan ini berlindung dalam pangkuan IPSI dan kebenarannya telah diakui di Tingkat Jawa Barat.
Perguruan ini merupakan Pencak Silat yang baru pada masa itu, yang memiliki aliran serta corak tersendiri, yaitu Mata Aliran yang diciptakan Bapak Sukardi yang berasal dari Bandung (wafat tahun 1965) dan Bapak Ambar berasal dari Kota Bandung (wafat tahun 1977) kedua pendekar tersebut telah berhasil menciptakan sebuah jurus sederhana terdiri dari 6 (enam) gerakan yang isinya diambil dari aliran Timbangan dan Cikalong Pukul.
Dimana jurus tersebut bergerak menurut gerak manusia yang wajar tanpa tambahan tenaga dan kekerasan namun yakin dengan kemampuannya,dilakukan sesuai dengan keinginan lawan dan tidak disadari oleh yang mempelajarinya, jurus ini juga membetuk suatu jurus tenaga dalam yang dapat digunakan untuk menolong orang lain dalam hal pengobatan penyakit bagi yang mempelajarinya dengan sunguh-sungguh.
C. Tahun 1975-1979
Ketika Bapak Ambar Wafat maka timbul keresahan diantara murid-muridnya dengan adanya kemampuannya yang keras dan tinggi untuk melanjutkan dan mengembangkan serta menyebarkan lebih luas. Tahun 1979 munculah salah satu murid beliau yakni Bapak Solihin Suhendi dan berhasil menstabilkan kembali perguruan ini sehingga menyebar kedaerah-daerah Jawa Barat seperti Soreang, Garut, Tasikmalaya termasuk kedaerah Kabupaten Karawang yang dimana dibawa oleh putranya sendiri yakni Bapak Asep Cece Juhandi, MM, Beliau awalnya ditugasnya di Kabupaten Karawang sebagai pegawai Pemerintahan karena memiliki rasa peduli terhadap Pencak Silat Karawang kebetulan dan Beliau juga mantan atlet dan wasit juri Nasioanal. Bapak S. Suhendi juga seorang pengurus IPSI sebagai Ketua Dewan Wasit Juri Pencak Silat Jawa Barat jurus yang ditambahkan oleh beliau adalah aliran Cimande dan
Cikalong serta dari hasil penataran wasit juri dan mulai diterapkan pada tahun 1980.
Unsur-unsur Perguruan Pencak Silat Raksa Budhi :
1. Keyakinan akan kemampuan diri
2. Menguasai jurus serta teknik maupun fisik
3. Mempunyai dedikasi yang tinggi
4. Bermental baik dan kuat
5. Mempunyai Kondisi fisik yang sehat dan kuat
D. Berdirinya Raksa Budhi di Kabupaten Karawang
Perguruan ini di bawa oleh Bapak Asep Cece Juhandi, MM, sekitar tahun 1988 awalnya latihan dibuka di kampung jatirasa tengah dekat tempat tinggal Beliau, kemudian tersebarkeseluruh Kota Karawang salah satunya masuk ke salah satu Istansi pemerintah yaitu PDAM pada tanggal 14 Oktober 1988 Perguruan Raksa Budhi didaftarkan menjadi anggota IPSI Kab. Karawang dengan SK. NO. SKEP 081/X/1988.
Supaya Perguruan Pencak Silat Raksa Budhi Karawang dapt berkembang khususnya di Kab. Karawang maka para pelatih dan pengurus melakukan beberapa strategi salah satunya masuk ke sekolah-sekolah yang pertama kebatulan kepala sekolah SMK Texmaco (Drs. SUARDI, MM) meminta kepada Bapak Asep Cece Juhandi, MM selaku Dewan Pendekar Raksa Budhi pada tahun 1997 maka Perguruan ini resmi menjadi pelajaran yaitu Muatan Lokal Pencak Silat yang wajib diikuti oleh siswa SMK Texmaco dengan diutus Bapak Suryana SH pelatih pertama di SMK Texmaco Karawang.
ARTI LAMBANG
PERGURUAN PENCAK SILAT RAKSA BUDHI
1. Lingkaran besar bertuliskan PERGURUAN PENCAK SILAT “RAKSA BUDHI” mengartikan:
Seorang pesilat raksa budhi mempunyai aura atau budhi ( akhlak ) pekerti yang baik dan suka menolong sesama makhluk tuhan dan memegang pepakem hablumminannas hablumminallah sehingga terpancar auranya dari luar, dan arti RAKSA BUDHI itu sendiri (intropeksi/koreksi)dan budhi (diri) maksudnya pesilat Raksa Budhi harus mempunyai budhi pekerti yang luhur dan dapat merasakan kesusahan atau kesakitan orang lain, sebelum melakukan kejahatan kepada orang lain apakah kita mau dijahati oleh orang lain?mungkin kebanyakan tidak mau,sama juga dengan orang lain
2. Lingkaran kecil warna biru mengartikan:
Luas dan lugas,seorang pesilat Raksa Budhi memiliki pengetahuan dan wawassan yang luas dan bertindak selalu tepat dalam segala tindakan
3. Gambar dua tangan pesilat yang sedang berjabat tangan mengartikan :
Seorang pesilat Raksa Budhi mempunyai sifat persaudaraan , kekeluargaan dan selalu hormat kepada yang lebih tua dan menghargai kepada yang lebih muda
4. Gambar dua senjata kujang dengan bergagangkan kepala angsa mengartikan :
Mengartikan dua kalimat syahadat dan arti kujang tersebut yaitu kumanjing kana janji maksudnya seorang pesilat Raksa Budhi tidak pernah ingkar janji.
5. Gambar lidah api yang berkobar mengartikan :
Bahwa pesilat Raksa Budhi mempunyai semangat yang tinggi walaupun dalam keadaan yang menjepit atau terdesak dan tak kenal menyerah.
6. Gambar tiga gelang warna hitam mengartikan :
Seorang pesilat Raksa Budhi mempunyai semangat olahraga yang tinggi sehingga olahraga itu dapat bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain.
7. Gambar trisula menunjuk kearah IPSI mengartikan :
Bahwa perguruan pencak silat Raksa Budhi bernaung Induk Organisasi Pencak Silat Indonesia yaitu IPSI ( Ikatan Pencak Silat Indonesia)
BAB IV
TEKNIK DASAR
PERGURUAN PENCAK SILAT RAKSA BUDHI
A. Teknik-teknik Dasar Pencak Silat
1. Macam-macam sikap
a. Sikap sempurna
b. Sikap hormat
c. Sikap awal
d. Sikap istirahat
e. Sikap duduk
f. Sikap pasang
2. 8 arah mata angin (Kuda-kuda), terdiri dari
a. Kuda-kuda depan kaki kanan
b. Kuda-kuda serong depan kaki kanan
c. Kuda-kuda samping kaki kanan
d. Kuda-kuda serong belakang kaki kanan
e. Kuda-kuda belakang kaki kiri
f. Kuda-kuda serong belakang kaki kiri
g. Kuda-kuda samping kaki kiri
h. Kuda-kuda serong depan kiri
3. Pra Dasar
a. Langkah lurus
b. Langkah suliwa, serong depan dan mundur hindar tangkis
c. Langkah Zig-zag
d. Langkah Angkat satu kaki tangan dikepal di paha
e. Langkah suliwa, angkat satu kaki
f. Langkah silang belakang tibas
g. Langkah kombinasi (suliwa, sikut depan, tibas mundur)
4. 8 Sikap pasang
a. Sikap pasang depan
b. Sikap pasang suliwa
c. Sikap pasang serong depan
d. Sikap pasang tengah
e. Sikap pasang silang depan
f. Sikap pasang tengah menyamping
g. Sikap pasang silang depan
h. Sikap pasang angkat satu kaki
5. Pola langkah
a. Pola langkah lurus
b. Pola langkah silang
c. Pola langkah segitiga
d. Pola langkah segi empat
e. Pola langkah U (ladam)
f. Pola langkah S
g. Pola langkah diagonal
6. Senam Pernapasan
a. Pernapasan tarik depan
b. Pernapasan tarik samping
c. Pernapasan tarik depan, dorong, keluarkan sikut tekuk
d. Pernapasan tarik depan tahan keluarkan bergantian
e. Pernapasan Tarik depan kesamping tahan dorong kebawah keluarkan dorong atas
B. Teknik dasar serangan
Serangan adalah Usaha pembelaan dengan menggunakan lengan/tangan atau tungkai/ kaki untuk menegani sasaran tertentu pada tubuh lawan.
Dalam Perguruan Pencak Silat serangan dibagi menjadi dua yaitu :
1. Serangan Tangan
Serangan tangan adalah serangan yang menggunakan lengan dengan macam bentuk kepalan tangan, dalam pencak silat serangan tangan disebut juga dengan pukulan.
Pukulan pencak silat terdiri dari ;
a. Pukulan depan
b. Pukulan double
c. Pukulan tebak/sangga
d. Kelid pukul
f. Tebas
g. Pukulan bandul
h. Totok
2. Serangan Kaki
Serangan kaki adalah serangan yang menggunakan kaki dengan macam bentuk kaki atau dalam pencak silat disebut tendangan,
Tendangan pencak silat terdiri dari ;
a. Tendangan lurus/depan
b. Tendangan jejag
c. Tendangan sabit
d. Tendangan T (samping)
e. Tendangan belakang
f. Tendangan lutut depan
g. Tendangan lutut samping
C. Teknik Belaan
Dalam pencak silat belaan adalah bentuk pembelaan dari serangan baik serangan tangan atau serangan kaki, dalam pencak silat belaan terdiri dari ; tangkisan, peprekan, sikutan, tangkapan, bantingan, jatuhan, sapuan
a. Tangkisan ; tangkisan atas, tangkisan samping, tangkisan bawah, tangkisan sangga
b. Sikutan ; sikutan atas, sikutan samping depan, sikutan samping bawah, sikutan depan
double
c. Pemprekan ; pemprekan depan samping, sikutan depan double
d. Tangkapan ; tangkapan dalam, tangkapan luar
e. Bantingan ; bantingan depan, bantingan luar, bantingan ungkitan, bantingan putar
f. Jatuhan ; jatuhan depan, jatuhan belakang, jatuhan samping
g. Sapuan ; sapuan depan (rebah), sapuan belakang (cirkle)
BAB V
JURUS LANJUTAN
A. Jurus Serangan Olahraga
Dalam olahraga biasanya jurus disebut dengan teknik baik menyerang maupun menunggu, teknik ini dilakukan sesuaikan dengan kemampuan pesilat itu sendiri, dalam hal ini yang pertama masalah jurus atau teknik serangan olahraga diantaranya ;
1. Pukul lurus kanan dilanjut dengan tendangan lurus kaki kiri
2. Pukul lurus kiri dilanjut dengan tendangan lurus kaki kanan
3. Pukul double dilanjut dengan tendangan sabit kanan kiri
4. Pukul double disusul dengan tendangan jejag kanan kiri
5. Pukul bandul tangan kanan samping dilanjut tendangan T kanan
6. Pukul bandul tangan kiri samping dilanjut tendangan T kiri
7. Tendangan sabit kiri dilanjut dengan pukul lurus disusul dengan tendangan jejag
8. Tendangan sabit kiri dilanjut dengan tendangan belakang kanan
9. Tendangan sabit kiri dilanjut dengan T kanan
10. Tendangan sabit kiri disusul dengan cirkle kanan
11. Tendangan T gantung disusul dengan cirkle
12. Tendangan T 2x dilanjut dengan tangkap banting
B. Jurus Belaan Olahraga
Jurus belaan dalan teknik olahraga disebut dengan teknik dieffen (menunggu)
3. Jurus Tangan Kosong
4. Jurus Golok
5. Jurus Toya
6. Jurus Bela diri
7. Jurus Seni Berpasangan tangan kosong
8. Seni Berpasangan bersenjata
BAB VI
LATIHAN KONDISI FISIK
PERGURUAN PENCAK SILAT RAKSA BUDHI
A. Macam-macam Komponen Kondisi Fisik
Kodisi fisik adalah satu kesatuan utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun pemeliharaannya. Artinya bahwa di dalam usaha peningkatan kondisi fisik maka seluruh komponen tersebut harus dikembangkan, walaupun disana-sini dilakukan dengan system prioritas sesuai keadaan atau status tiap komponen itu dan untuk keperluan apa keadaan atau status yang dibutuhkan tersebut. Hal ini akan semakin jelas bila kita sampai pada masalah status kondisi fisik (Sajoto. 1990: 16).
Adapun kebugaran fisik dapat di artikan sebagai kemampuan untuk berfungsi secara efektif sepanjang hari pada saat melakukan aktifitas, biasanya pada saat kita melakukan kegiatan lain, masih memiliki sisa energi yang cukup untuk menangani tekanan tambahan atau keadaan darurat yang mungkin timbul.
Sepuluh komponen kondisi fisik masing-masing adalah sebagai berikut:
1. Kekuatan (strength), adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuannya dalam mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja.
2. Daya tahan (endurance), dalam hal ini dikenal dua macam daya tahan, yakni: a). Daya tahan umum (general endurance) adalaah kemampuan seseorang dalam mempergunakan system jantung dan peredaran darahnya secara efektif dan efesien untuk menjalankan kerja secara terus menerus, yang melibatkan kontraksi sejumlah otot-otot dengan intensitas tinggi dalm waktu cukup lama. b.) daya tahan otot (local endurance) adalah kemampun seseorang dalm mempergunakan otonya untuk berkntraksi secra terus-menerus dalam waktu yang relative lama dengan beban tertentu.
3. Daya ledak (muscular power) adalah kemampuan seseorang untuk mempergunakan kekuatan maksimum yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya. Dalam hal ini, dapat dinyatakan bahwa daya ledak (Power) sama dengan kekuatan (force) x kecepatan (felocity). Seperti dalam saat menendang dan membanting lawan.
4. Kecepatan (speed) adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu sesingkat-singkatnya seperti dalam pukulan dan tendangan pencak silat dan lain-lain. Dalam hal ini ada kecepatan gerak dan kecepatan explosive.
5. Daya lentur (flexsibility) adalah efektifitas seseorang dalam menyesuaikan diri untuk segala aktifitas dengan penguluran tubuh yang luas. Hal ini akan sangat mudah ditandai dengan tingkat fleksibilits persendian pada seluruh tubuh.
6. Kelincahan (agility) adalah kemampuan seseorang untuk merubah posisi diarena tertentu. Seseorang yang mampu merubah satu posisi yang berbeda dalam kecepatan tinggi dengan koordinasi yang baik, berarti kelincahannya cukup baik.
7. Koordinasi (coordianation) adalah kemampun seseorang mengintegrasikan bermacam-macam gerakan yang berbeda kedalam pola gerakan tunggal secara efektif. Misalnya dalam pencak silat pada saat maen sandsac maupun sparinf bayangan maka gerakan setelah sikap pasang disusul dengan serangan tangan maupun kaki atau sebaliknyanya bahakn memanting dengan cara menghidar atau elakan dan tangkisan dengan teknik yang benar.
8. Keseimbangan (balance) adalah kemampun seseorang mengendalikan organ-organ saraf otot, seperti dalam handstand atau dalam mencapai keseimbangan sewaktu seseorang sedang berjalan kemudian terganggu (misalnya tergelincir dan lain-lain). Dibidang olahraga banyak hal yang harus dilakukan atlit dalam masalah keseimbangan ini, baik dalam menghilangkan ataupun mempertahankan keseimbangan.
9. Ketepatan (accuracy) . adalah seseorang untuk mengendalikan gerak-gerak bebas terhadap suatu sasaran. Sasaran ini dapat merupakan suatu jarak aatu mungkin suatu obyek langsung yang harus dikenai dengan salah satu bagian tubuh.
10. Reaksi (reaction) adalah kemampuan seseorang untuk segera bertindak secepatnya dalam menanggapi rangsangan yang ditumbulkan lewat indra, saraf atau filling lainnya. Seperti dalam mengantisipasi tendangan menghindar disusul dengan bantingan dan lain-lainnya.
B. Status Kondisi Fisik
Setelah mengetahui komponen-komponen dari kondisi fisik yang merupakan satu kesatuan yang utuh, maka yang perlu diketahui selanjutnya adalah bagaimana seorang atlet dapat diketahui status atau keadaan kondisi fisiknya pada suatu saat.
Beberapa Macam Tes Kondisi Fisik:
1.Tes Kekuatan Otot
Tes ini untuk mengetahui kemampuan kekuatan otot seseorang. Ada dua bentuk tes yang dimaksud, masing-masing adalah:
a. Tes laboraturium dengan mempergunakan alat-alat seperti dynamometer, electromigrafie dan tensiometer. Yang mudah didapat dan mudah dipergunakan adalah dynamometer. Hand and grip dynamometer adalah alat untuk mengukur dorong dan tarik lengan, serta kekuatan genggam tangan. Sedangkan leg and back dynamometer adalah alat untuk mengukur kekuatan otot-otot paha dan pinggang.
b. Tes lapangan atau performance test. Tes ini untuk mengetahui secara langsung mengetahui dan kemampuan kekuatan serta daya tahan otot seseorang. Salah satu tes tersebut adalah “Navi Standart Physical Fitnes Test”. Otot yang diukur adalah lengan, paha dan perut.
2.Tes Daya Tahan (endurance)
Tes ini untuk mengetahui kemampuan cardio vasculair sistem didalam mengelola O2 dalam tubuh yang dipergunakan pada waktu kerja berat. Kemampuan ini dikenal dengan simbol VO2 max, atau disebut sebagai Maximal Aerobic Power dengan satuan yang dipakai adalah liter permenit per berat badan, disingkat dengan cc/kg/BB/men.
a. Tes laboratorium dengan mempergunakan alat-alat seperti Ergocycle and treadmill.
b. Tes lapangan atau performance test, seperti Harvard Step Tes, dan lari 12 menit
(Aerobic Test). Sekarang dikenal tes lari 15 menit dari Alan D. Roberts.
c.Tes Bleep
3.Tes Daya Ledak (Muscular Power)
Tes ini untuk mengukur kemampuan daya ledak otot tertentu; sampai saat ini penyusun hanya mengetahui tes daya ledak kaki yang menggunakan metode dan standart dari Alan D. Robert dan Margaria-Kalamestair Test.
4.Tes Kecepatan ( Speed)
Tes ini untuk mengukur kecepatan seseorang dalam bergerak. Tes kecepatan bergerak dengan lari cepat 40 Yard lurus kedepan dari Alan D. Roberts.
5.Tes Daya Tahan Lentur ( Flexibility)
a. Tes di laboratorium dengan mempergunakan alat-alat seperti goneometer fleksometer
atau elektrogonoimeter.
b.Tes di lapangan dengan penggaris, pada umumnya untuk mengukur kelenturan sendi-
sendi dalam tubuh seperti tes untuk mengukur :
- Daya lentur punggung kedepan dan kebelakang.
- Daya lentur (renggang) diri selangkang.
- Daya lentur sendi horizontaldan vertical
- Daya lentur pergelangan kaki ke arah punggungdan telapak kaki.
6.Tes Kelincahan (agility)
Tes ini digunakan untuk mengukur kelincahan seseorang dalam merubah arah. Tes yang sangat sederhana adalah Shuttle-Run, sedang yang lebih kompleks adalah Dodging-Run. Selanjutnya tentang tes yang lain seperti untuk memgukur koordinasi, keseimbangan, ketepatan dan reaksi, pada dasarnya dilaksanakan dalam tes kemampuan langsung, sesuai dengan karakteristik cabang olahraga yang berhubungan.
Dengan alat-alat tes maupun tes lapangan, barulah kemudian dapat diketahui status seseorang pada waktu itu apakah dalam keadaan baik, sedang atau kurang, baik secara keseluruhan maupun secara komponen masing-masing. Berdasarkan keadaan tersebut barulah seseorang dapat menyusun program latihan fisik untuk jangka waktu yang ditentukan, sesuai status yang diperlukan
BAB VII
MATERI DAN TINGKATAN
PERGURUAN RAKSA BUDHI
NO | TINGKAT | MATERI YANG DIKUASAI | SABUK | LAMA LATIHAN |
1. | Dasar | 1. 8 arah mata angin 2. Pra dasar 3. 8 sikap pasang 4. Teknik Tendangan 5. Teknik Pukulan 6. Jurus Dasar | Hitam | 6 Bulan |
2. | Raksa I | 1.Teknik tangkisan 2. Jatuhan 3. Tangkapan 4. Hindaran 5. Belaan 6. Jurus tangan kosong | Hitam Srtip | 6 Bulan |
3. | Raksa II | 1. Jurus Senjata 2. Jurus ganda tangan kosong 3. Jurus Beladiri 4.Mengetahui dan memahami kondisi fisik | Putih | 12 Bulan |
4. | Raksa III | 1. Jurus Senjata lanjutan 2. Jurus ganda tangan Kosong bersenjata 3. Jurus Beladiri lanjutan 4.Mengetahui dan memahami kondisi fisik lanjutan | Putih Strip | 12 Bulan |
5. | Pelatih Muda | 1. Dasar Ilmu Kepelatihan 2. Ilmu Pernapasan Raksa Budhi 3. Keorganisasian 4. Pencegahan cedera latihan 5. Falsafah Perguruan Raksa Budhi 6.Ilmu Perwasitan Pencak Silat | Merah | 24 Bulan |
6. | Pelatih Utama | 1. Dasar Ilmu Kepelatihan II 2. Ilmu Pernapasan Raksa Budhi II 3. Manajemen Perguruan Raksa Budhi 4. Falsafah Perguruan Raksa Budhi II 6.Ilmu Perwasitan Pencak Silat II | Merah Strip | 36 Bulan |
7. | Pendekar Muda | *) | Kuning Emas | |
8. | Pendekar Utama | *) | Kuning Biru | |
9. | Guru Besar | *) | Biru |
Keterangan :
*) ditentukan lewat syarat-syarat tertentu yang tidak bisa dituliskan
Makna Warna Sabuk
Perguruan Pencak Silat Raksa Budhi
1. Tingkat Dasar (Sabuk Hitam)
Warna hitam pada sabuk mempunyai makna calon anggota dari berbgai dan memiliki latar belakang yang berbeda sehingga setelah masuk Perguruan Pencak Silat menjadi anggota yang berkemampuan pencak silat dasar yang kuat dan terampil.
2. Raksa I (Sabuk Hitam Strip Kuning)
Warna hitam dan kuning setelah memiliki dasar yang kuat dapat bertambah pengetahuan, keterampilan sikap dan gerak sehingga memberi keteduhan hati dan bangga dengan ilmu yang dimilikinya.
3. Raksa II ( Sabuk Putih Polos)
Warna putih yang memberikan kedamaian, kesucian, kebahagiaan dan kesejahteraan serta dipersiapkan untuk menjadi pesilat yang berkualitas dan berbudi pekerti luhur.
4. Asisten Pelatih ( Sabuk Putih Strip Putih)
Warna putih melambangkan keluhuran budi pekerti (akhlaqul karimah) dan keagungan jiwa serta berkualitas, sehingga pesilat makin banyak ilmunya makin berbudi pekerti yang luhur dilambangkan strip hitam .
5. Pelatih Muda (Sabuk Merah)
Dengan budi pekerti yang luhur dan keagungan jiwa disertai cita-cita yang luhur, semangat belajar dan tabah dalam menghadapi tantangan, cobaan dan mau mengamalkan ilmunya.
6. Pelatih Utama (Sabuk Merah Strip Biru)
Warna merah melambangkan semangat belajar yang tinggi, dengan percaya diri serta dapat menjaga martabat dan mampu menguasai serta mengendalikan diri walaupun banyak tantangan, rintangan dan halangan dilambangkan dengan strip biru
7. Pendekar Muda (Sabuk Kuning)
Dengan semangat dan cita-cita yang tinggi menjadikan percaya diri, selalu menegakkan kebenaran, kejujuran dan menghormati sesama insan.
8. Pendekar Utama (Sabuk Kuning Biru)
Warna Kuning dan Biru melambangkan sikap damai, bersahabat, selalu rendah hati dan senantiasa menegakkan kebenaran, kejujuran dan keadilan.
9. Guru Besar (Sabuk Biru)
Bersikap damai dan bersahabat, ramah dan sopan, senantiasa menegakkan kebenaran, serta
senantiasa mengupayakan perdamaian dan persahabatan dengan sesame. Keramahan dan kesopanan ditingkatkan, dengan keberanian yang tinggi membela kebenaran.
0 komentar:
Posting Komentar